Sabtu, 21 Oktober 2017

[Untukmu Ibu] 1 Muharram, 1 Day With My Mom

[Untukmu Ibu] 1 Muharram, 1 Day With My Mom
[Untukmu Ibu] 1 Muharram, 1 Day With My Mom

[caption id="attachment_300616" align="aligncenter" width="300" caption="ilustrasi: https://www.keepcalm-o-matic.co.uk"][/caption]

#104: Asrini Hani

Semua orang niscaya putusan bulat & semua orang niscaya sepakat bahwa buat menggambarkan sosok Ibu, berapapun banyaknya ungkap takkan sanggup buat melukiskannya.Berapapun yang dapat kita berikan pada beliau, tak akan sanggup membalas.Berlimpah-limpah yang sudah beliau berikan & korbankan kepada kita. Beliau juga tak pernah terbersit ataupun meminta diperlakukan istimewa

1 hari pada bulan Muharram tahun 2013 yanglalu, tepatnya pada hari Selasa, tanggal lima November. Yah hari libur itu bertepatan dengan bulan Muharram. Entah mengapa pada saat itu saya ingin sekali membagikan sesuatu yang special buat Ibu saya. Dan saya berharapnya ketika dapat membagikan sesuatu itu lebih personal.

Sebelum hari istimewa itu, saya katakan demikian. Ibu saya jarangmau buat diajak keluar tempat tinggal, bahkan hampir tidak pernah mau buat diajak ke sentra perbelanjaan ataupun sekedar makan bareng pada luar. Biasanya jika ingin butuh sesuatu, beliau hanya pesan,

Nduk, nanti jika keluar, mampir beli yang modelnya kayak ini ya ungkap Ibu sambil menyerahkan contoh barang kepadaku.

Ibu saya memang kurang begitu suka keramaian, ungkap beliau jika pada tempat keramaian acapkali pusing & gampang capek. Beliau hanya mau keluar buat pergi ke pengajian, menjenguk tetangga yang sakit, melahirkan atau ke serikat Ibu-ibu PKK & sejenisnya.

Suatu waktu saya pernah melihat beliau ketika membaca koran ataupun membaca kitab Al Quran, relatif kesusahan. Mungkin faktor U sudah berbicara. Pada saat ini usia Ibu lebih kurang 53 tahun. Walaupun begitu beliau masih semangat buat membaca, sekedar mengisi waktu luang atau mengusir kesepian. Anak-anak yang sudah menginjak dewasa dengan kesibukan masing-masing, yang satu persatu abang-abang sudah mengikuti & mengabdi pada suami. Saya tau pada hati beliau yang paling dalam niscaya ingin anak-anaknya selalu bersamanya setiap waktu, seperti dulu waktu masih mini-mini.

Bayangpun betapa bersyukurnya Ibu punya anak lima, perempuan semua juga. Kadang Bapak saya suka bercanda dengan membagikan: Senangnya Ibumu, punya anak lima perempuan semua. Jadi semua tugas-tugasnya dibantuan semua, sumber mulai nyuci piring, menyapu, ngepel, dsb. Lha Bapak, siapa yang bantuin benerin mobil jika pas mogok ?

Ibupun tak mau kalah, Lha tapikan barang-barangnya bapak tidak terdapat yang ganggu. Tidak terdapat yang gangguin gunakan sarung, raket badminton, dsb (karena pada tempat tinggal yang dapat main badminton hanya Bapak saja).

Saya berencana buat membelikan Ibu kacamata berkualitas di optik tunggal baca, tetapi belum sempat saya membelikannya ternyata Kakak saya sudah membelikannya. Mungkin pada saat itu Allah belum membagikan kesempatan kepada saya buat sekedar membahagiakan Ibu saya. Tak apa-apalah yang krusial Ibu sudah tidak kesulitan membaca lagi & terbantu dengan kacamata berkualitas di optik tunggal pemberian Kakak saya. Mungkin lain kali saya dapat membagikan yang lain.

Dan Alhamdulillah hari istimewa itupun datang. Tanggal lima November, yang bertepatan dengan libur Muharam pada alun-alun kota diadakan Jalan sehat. Dimana pemberian  utama sumber jalan-jalan sehat itu ialah umroh buat 2 orang pemenang. Entah mengapa yang umumnya Ibu tidak mau diajak keluar, pada hari itu dengan mudahnya mau buat ikut.

Pagi-pagi sekali Ibu sudah bersemangat dengan kostum training lengkap dengan sepatu kets. Bahkan beliaulah yang mengingatkan saya bahwa hari Selasa itu akan terdapat jalan sehat. Saya jadi memalukan, saya yang mengajak malah saya yang lupa. Akhirnya kamipun siap berangkat.

Selama bepergian, tidak terlintas paras capek pada wajahnya. Dari awal hingga akhir beliau bersemangat sekali. Bahkan ketika pada tengah bepergian, saya tak bosan-bosannya membagikan jika Ibu capek kita dapat berhenti sementara waktu. Dan beliau bertenaga-bertenaga saja.

Dan tibalah saat-saat pengumuman, yang pada awalnya diumumkan buat pemberian  hiburan terlebih dahulu. Satu orang, 2 orang, 3 orang lewat, dst.

Kok nomor kita tidak terdapat-terdapat ya? ungkap Ibu penasaran

Iya Bu, yang terdapat cuma nyenggol 2 nomor diawal doangkataku ikutan penasaran & kepanasan.

Ya, sudahlah bu kita pulang saja. Kayaknya bukan kita kataku mulai pesimis

Bentar nduk, kan masih terdapat pemberian  umroh ungkap Ibuku masih bersemangat

Saya jika doorprize seperti ini memang tidak seberuntung adikku. Dulu adikku ikut sepeda ria pernah dapat uang tunai sumber sponsor. Jalan sehat dapat pemberian  tivi, walaupun sintesis China lumayan juga. Benar-benar beruntung beliau.

Dan ternyata benar hingga nomor terakhir dibacakan hasilnya nihil. Saya menemukan paras kecewa pada sudut mata Ibu.

Gimana ya, caranya supaya Ibu tersenyum kembali.

Ting (jika digambarkan dalam kartun atau komik terdapat gambar lampu pada atas kepala saya).

Oke Bu, sudah siap? kataku pada Ibu sambil mengarah motor sumber parkiran menuju jalan raya

Mau kemana kita nduk? ungkap Ibu

Serahkan saja pada saya bu, kita akan bersenang-senang berdua hari ini. Yah berdua sajakataku penuh semangat.

Akhirnya roda motorpun meluncur mengikuti ungkap hatiku.

***

Sekarang, mana yang Ibu suka pilih saja kataku pada Ibu penuh permohonan

Apa nduk? Ibu tidak ingin apa-apa Jawab Ibu kemudian

Tidak apa-apa Ibu, ini beneran. Akhirnya saya membantu memilihkan abaya buat Ibu. Dan 2 potong abaya plus jilbab sudah pada tempat kasir.

Setelah terselesaikan membayarnya & berhubung waktu sudah siang, kamipun mampir ke tempat makan.

Jujur, dengan sejujurnya saya baru kali ini makan berdua dengan Ibu saya pada luar. Memesankan makan & minum kesukaannya. Hanya kami berdua, yah kami berdua (sentimentil sekali saya hari ini). Sembari makan, kami masih membicarakan jalan sehat tersebut.

Yang terdapat pada kepala saya saat itu, saya hanya ingin 1 hari pada hari libur itu berkualiats. Seolah-olah saya ingin menebus kesibukan yang tak berujung. Bukan pada kuantitasnya melainkan kualitas.

Mungkin ini hanyalah setitik bentuk perhatian yang tak terdapat apa-apanya dibandingkan keletihan beliau yang tak sempat terucap. Kesabaran beliau yang tak berbatas. Maha cinta beliau kepada putri-putrinya yang kadang lalai kami baca. Dan benarkan saya kehabisan ungkap-ungkap buat mengungkapkannya.

22 Desember memang hari Ibu, tetapi 12 bulan sudah sepatutnya kita jadikan hari Ibu.

Cinta anak sepanjang galah, cinta Ibu sepanjang-panjangnya J

Selamat Hari Ibu buat seluruh Ibu pada Indonesia

[caption id="attachment_300618" align="aligncenter" width="300" caption="ilustrasi: doc.pribadi"]

[/caption] Untuk membaca karya peserta lain silahkan menuju akun Fiksiana Community dengan judul : Inilah Hasil Karya Peserta Event Hari Ibu (https://www.kompasiana.com/androgini) Silahkan bergabung pada FB Fiksiana Community (https://www.facebook.com/groups/175201439229892/)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Back to Top