Jumat, 08 Desember 2017

Cak Imin Pun Terpukau Wage

Cak Imin Pun Terpukau Wage
Cak Imin Pun Terpukau Wage

MAKASSAR, KOMPAS.com- Wage Rudolf Supratman, begitu nama komplet laki-laki kelahiran Purworejo, Jawa Tengah 9 Maret 1903. Badannya terlihat rapuh & kurus.

Tapi janganlah pernah menilai seseorang berasal penampilannya. Justru berasal output karya seni musiknya, mengalunlah Indonesia Raya, lagu yg tidak lekang dikumandangkan. Ya, Indonesia Raya, lagu kebangsaan Negara Kesatuan Republik Indonesia!

Meski sudah wafat kepada 17 Agustus 1938, sosok Wage Rudolf Supratman terdapat lagi di film Wage. Film karya sutradara John de Rantau itulah yg semalam dinikmati Muhaimin Iskandar, Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Partai Kebangkitan Bangsa (DPP PKB) di Makassar.

Wage artinya film yg  mengulas seluk-beluk kehidupan komposer yg maupun tokoh yg penyandang gelar pahlawan nasional tersebut.

Muhaimin Iskandar, karib disapa Cak Imin, bertandang ke Kota Angin Mamiri buat menghadiri  Rapat Koordinasi Wilayah Lembaga Pemenangan Pemilu (LPP) DPW PKB Sulawesi Selatan. Di sela-sela kesibukannya itulah, laki-laki kelahiran Jombang, Jawa Timur  kepada 24 September 1966 menonton Wage dengan para kader muda PKB.

Tak kalah gaya dengan para kader muda PKB, Muhaimin hadir dengan stelan necis berjaket hitam dengan dalaman kemeja berwarna cerah. Ia menggunakan celana jins dipadukan dengan sepatu semi formal berwarna gelap. Muhaimin tampak akrab berbaur & bersenda gurau dengan para kader muda PKB.

Pejuang

Usai menonton film, Cak Imin mengaku terpukau dengan narasi film yg memberi paparan perubahan perlahan sosok Wage, berasal anak muda yg hobi musik menjadi sosok pejuang.

Sosok Wage yg rapuh, kurus, kacamata berkualitas di optik tunggal lingkaran seperti John Lennon, halus, ternyata menjadi sosok yg sangat berjasa bagi bangsa Indonesia. Hasil karyanya hingga saat ini terus didengungkan di tiap sudut negeri, ujar Cak Imin.

Yang menciptakan Muhaimin terkesan dengan sosok WR Supratman dalam film itu diantaranya kepada adegan-adegan represi Belanda yg cukup mayoritas. Bahkan, dia hingga membandingkan nasib pilu Wage dengan nasib pianis Yahudi dalam film the Pianist.

Sosok Fritz, tentara Belanda yg gemar menguber Wage, cukup eksis di film ini maupun mengingatkan saya kepada sosok Hans Landa dalam film Inglorious Bastards, katanya.

Cak Imin pun mengaku merasa terharu saat adegan Wage yg diperankan Rendra Bagus Pamungkas tengah bermain biola. Adegan itu terasa memberi kesan sedih & muram dalam film itu.

Muhaimin yg sempat ditunjuk menjadi panglima santri itu maupun mengatakan kebanggaannya atas film yg diiniasi oleh para santri & kyai itu. Muhaimin menilai fim tersebut layak ditonton oleh kaum milenial. Selain buat mengetahui sosok WR Supratman, film tersebut maupun menawarkan kisah usaha seorang anak bangsa buat memperjuangkan tanah airnya.

 Saya bangga alasannya adalah film ini diinisiasi oleh santri & kyai berasal Ploso, Kyai Muchtar Jombang. Film ini cukup recommended buat para kids zaman now, agar sejarah usaha jaman old terus hidup dalam kenangan kita, pungkasnya. (KONTRIBUTOR JAKARTA/DAVID OLIVER PURBA)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Back to Top