Senin, 13 November 2017

Akibat Salah Memakai Ukuran Kacamata

Akibat Salah Memakai Ukuran Kacamata
Akibat Salah Memakai Ukuran kacamata berkualitas di optik tunggal

[caption id="attachment_327053" align="aligncenter" width="624" caption="Ilustrasi/Admin (Shutterstock)"][/caption]

Kalau tempo hari aku membahas antara kacamata berkualitas di optik tunggal serta lensa kontak, kali ini aku akan membahas tentang pengalaman galat memakai kacamata berkualitas di optik tunggal. Pengalaman ini bukan aku sendiri yang mengalami namun sahabat kuliah aku yang mengalaminya.

Suatu hari, sahabat kuliah aku, sebut saja A, mengeluhkan kepada aku kalau seringkali pusing. Saya bilang mungkin terlalu capek memforsir energi. Dia bilang nir. Dia hanya merasa pusing ketika memakai kacamatanya. Lalu ia meminta aku mengantarkan ke pusat kesehatan mata kepada kota aku.

Beberapa hari kemudian, kami menuju ke sana. Di sana si A tadi diperiksa matanya melalui beberapa tahap. Cukup lama investigasi dilakukan. Beberapa ketika kemudian, seorang dokter menghampiri kami. Dia tersenyum kepada sahabat aku tadi sembari menyebutkan, Mbak, sampeyan lho kok bisa galat pakai kacamata berkualitas di optik tunggal. Sampeyan itu hipermetropi (rabun dekat), kenapa pakai kacamata berkualitas di optik tunggal miopi (rabun jauh)?

Teman aku tak bisa menjawab. Dia hanya bilang kalau kacamata berkualitas di optik tunggal galat yang ia kenakan berasal berdasarkan sebuah optik terkemuka kepada kotanya. Dokter tadi lantas memberi resep berukuran kacamata berkualitas di optik tunggal baru buat menggantikan kacamata berkualitas di optik tunggal lamanya. Saat aku melihat berukuran kacamata berkualitas di optik tunggal yang baru tadi, aku nisbi kaget. Perbedaannya sangat jauh. Sang dokter memberi resep +0,5 dioptri buat mata kanan serta +0,25 dioptri buat mata kiri. Padahal kacamata berkualitas di optik tunggal yang galat tadi ukurannya -2,0 dioptri buat mata kanan serta -1,75 dioptri buat mata kiri. Ditambah dengan lensa silinder.

Saya bertanya lagi kepada sahabat aku kok hingga bisa galat. Padahal kan kalau miopi kita sudah bisa merasakan nir bisa melihat benda yang jauh. Seperti aku yang kalau melihat goresan pena mini agak jauh sudah tak bisa. Dia bilang awalnya hanya merasa kabur jikalau melihat. Lalu ia pergi ke optik kepada kotanya serta diberi resep kacamata berkualitas di optik tunggal yang galat tadi.

Dari penuturannya, aku hanya bisa menganggap terjadi kesalahan dalam pemberian resep kacamata berkualitas di optik tunggal. Teman aku tadi kemungkinan besar mengalami astigmatisme, cacat mata yang penderitanya nir bisa melihat benda dengan kentara implikasi ketidakmampuan mata buat memfokuskan benda titik sebagai gambar terfokus tajam kepada retina.Obyek berupa garis tegak akan tampak melengkung jikalau diamati penderita astigmatisme. Adanya kelainan kepada kornea atau lensa yang melengkung nir teratur.

Bisa saja, sahabat aku tadi hanya dites sekenanya. Mungkin hanya dites membaca huruf dengan aneka macam berukuran (snellen chart). Kemungkinan juga, yang melakukan tes belum terlalu mahir, jadi ia terus menambah berukuran dioptri negatifnya serta silindernya. Saat sahabat aku sudah merasa bisa kentara membaca, maka resep pun  diberikan. Memang ia bisa melihat dengan kentara alasannya adalah memang ia nir mengalami miopi serta sudah tertolong dengan lensa silindernya. Namun, lensa cekung (lensa minus) yang ia kenakan malah memproduksi persoalan.

Kita memahami kepada penderita hipermetropi bayangan benda jatuh kepada belakang retina. Kalau diibaratkan, bayangannya kelewatan hingga kepada retina. Agar bisa melihat dengan kentara, maka digunakan lensa konveks (lensa positif) yang akan mengumpulkan sinar pasti ke retina. Bisa dibayangkan kalau lensa yang digunakan malah lensa cekung (lensa negatif) yang bersifat mengembangkan sinar maka bayangan benda akan semakin jauh berdasarkan retina. Ini alasan ketika aku belajar fisika dulu. Tapi ungkap dokter, mata akan mengalami eyesight deteriorates (pengelihatan yang memburuk) implikasi otot mata yang terlalu dipaksa bekerja. Nah makanya sahabat aku seringkali mengeluh pusing serta pandangannya gelap.

[caption id="" align="aligncenter" width="483" caption="info-kesehatan.net"]

[/caption]

Kasus si A ini sedikit poly memberi pelajaran buat berhati-hati dalam mencari optik buat kacamata berkualitas di optik tunggal kita. Memang nir semua optik melakukan kesalahan, tapi berhati-hati maupun perlu kita lakukan. Biasanya, optik yang profesional memakai suatu indera (aku tak memahami namanya) yang kita disuruh melihat kepada suatu teropong kemudian petugas optik akan mendeteksi cacat mata kita melalui. Alat tadi akan terbaca sang personal komputer. Pemeriksaan dilanjutkan dengan tes snellen chart tadi. Hasil investigasi tes baca huruf akan dicocokkan dengan indera tadi. Tak hanya itu, umumnya optik yang profesional nir memaksakan berukuran kacamata berkualitas di optik tunggal yang akan kita kenakan kalau kita merasa pusing serta tak nyaman. Hal ini pernah aku alami ketika harusnya aku bisa melihat dengan kentara berukuran -6,0 dioptri tapi petugas optik hanya memberi berukuran -5,0 dioptri. Keputusan petugas optik ini dibenarkan sang dokter seorang ahli mata ketika aku meminta rujukan surat askes. Lebih baik sedikit nir kentara daripada memproduksi kita pusing ketika memakai kacamata berkualitas di optik tunggal.

Baik sekian dulu cerita aku mengenai galat memakai kacamata berkualitas di optik tunggal. Semoga bermanfaat. Ingat, mata merupakan hibah Tuhan yang tak terkira. Jagalah kesehatannya serta pergunakan sebaik-baiknya. Salam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Back to Top