Senin, 20 November 2017

Asyiknya Menjajal Kacamata Kardus Google

Asyiknya Menjajal Kacamata Kardus Google
Asyiknya Menjajal kacamata berkualitas di optik tunggal Kardus Google

Menjajal sensasi virtual reality Google Cardboard
KOMPAS.com  Teknologi virtual reality (VR) tidak mesti mensyaratkan perangkat keras yg mahal. Itulah pesan yg hendak disampaikan oleh Google lewat Cardboard, sebuah headset VR yg terbuat berdasarkan bahan kardus.

Sepintas Cardboard terdengar mewaspadai. Benarkah beliau mampu menyajikan visualisasi 3D layaknya perangkat headset Oculus Rift yg lebih kompleks?

KompasTekno berkesempatan menjajal Google Cardboard yg dibawa pergi oleh Chief Executive Kibar, Yansen Kamto, seusai mengunjungi konferensi Google I/O kepada San Francisco, 25 Juni lalu. Berikut ulasan singkatnya.

Origami

Google Cardboard merupakan sebuah konsep unik. Headset ini mesti dirakit atau do-it-yourself (DIY) berdasarkan rabat kardus, dibentuk dan dilipat sedemikian rupa sehingga menjadi sebentuk kacamata berkualitas di optik tunggal.

oik yusuf/ kompas.com
Bentuk awal Google Cardboard, berupa lembaran kardus sebelum dibentuk menjadi headset beserta dilipat-lipat
"Unit" Cardboard yg dibagikan kepada pengunjung Google I/O berupa kardus yg sudah dipotong mengikuti pola dan tinggal dilipat layaknya origami.

Namun, Cardboard juga mampu dibuat sendiri berdasarkan kardus biasa beserta mengikuti pola rancangan yg disediakan oleh Google.

Cardboard tidak mempunyai unit display khusus yg memproyeksikan gambar 3D ke mata pengguna. Sebagai  gantinya, digunakanlah sebuah ponsel Android biasa dan sepasang lensa yg juga mampu dibeli sendiri.

Smartphone disisipkan ke dalam Cardboard sehingga layarnya menghadap ke pasangan lensa, yg akan memproyeksikan tampilan layar itu ke mata pengguna. Ponsel yg digunakan mampu apa saja, asalkan memakai sistem operasi Android.

oik yusuf/ kompas.com
Bentuk jadi Google Cardboard setelah selesai dirakit
Namun tidak seluruh ukuran smartphone pas buat disisipkan ke dalam Cardboard. Perangkat sederhana ini agaknya sengaja dirancang buat memuat Nexus lima yg juga besutan Google.

Tanpa sentuhan

Sebelum memasang smartphone, pengguna mampu menjalankan perangkat lunak demo Cardboard yg disediakan Google kepada toko perangkat lunak Play Store. Setelah perangkat lunak berjalan, pemakai Cardboard tidak perlu lagi menyentuh layar smartphone buat navigasi.

Bagaimana caranya? Untuk menentukan aneka macam demo kepada perangkat lunak Cardboard, pengguna tinggal menolehkan ketua ke kiri dan kanan. Goyangan ketua dideteksi oleh aneka macam sensor kepada smartphone, dan tampilan menu akan mengikuti arah pandangan mata pengguna.

Pilihan yg terseleksi kepada menu akan kepada-highlight, kemudian mampu dijalankan beserta menggeser magnet berbentuk lingkaran yg timbul kepada sisi samping Cardboard.

oik yusuf/ kompas.com
Tombol magnet kepada sisi kiri Google Cardboard digunakan buat menentukan menu
Magnet ini digeser ke arah bawah memakai jari. Smartphone akan mendeteksi pergeseran magnet tersebut dan menafsirkannya sebagai perintah buat menjalankan (klik) menu yg dipilih.

Begitu jari dilepas, magnet akan kembali terdorong beserta sendirinya ke arah atas sebab kepada sisi bawah terdapat magnet lain beserta kutub yg sama sehingga keduanya saling "menolak".

Metode input yg cerdik tersebut sengaja dibikin oleh Google agar pengguna tidak perlu bolak-balik membuka smartphone buat menjalankan menu perangkat lunak Cardboard. Headset ini pun mampu digunakan tanpa menyentuh layar smartphone.

Penggunaan smartphone sebagai penampil gambar dan sentra pemrosesan membentuk Cardboard tidak perlu mempunyai hardware khusus.

Untuk menjalankan fungsi back atau kembali ke menu primer, headset berikut smartphone agak digeser berdasarkan orientasi landscape (horizontal) ke portrait (vertikal).

Tiga dimensi

Seperti halnya teknologi VR lain, Cardboard menyajikan 2 butir gambar terpisah kepada layar smartphone. Lensa kepada Cardboard memproyeksikan tampilan ini kepada mata pengguna sehingga mencakup seluruh bidang pandang mata.

Kedua gambar masing-masing ditujukan buat mata kiri dan kanan pengguna, dan secara otomatis disatukan oleh otak sehingga menjadi sebuah tampilan 3 dimensi utuh. Hasilnya sungguh luar biasa.

Memakai Cardboard tidak ubahnya terjun ke dalam sebuah dunia lain. Pengguna mampu bebas menoleh ke segala arah kepada alam VR, 360 derajat, kanan-kiri ataupun atas-bawah.

oik yusuf/ kompas.com
Aplikasi Cardboard menyajikan 2 tampilan kepada area yg tidak sama kepada layar smartphone. Dua tampilan ini diproyeksikan masing-masing buat mata kiri dan kanan
Tampilan museum Versailles dalam keliru satu demo kepada perangkat lunak Cardboard akan mengikuti pandangan arah pengguna. Begitu juga jalanan Paris kepada demo bertajuk Street Vue dan kontur-kontor bumi kepada demo Google Earth.

Google memang menyediakan beberapa demo VR kepada perangkat lunak Cardboard yg tiap-tiapnya dirancang buat skenario tidak sama. Selain sejumlah demo yg dikenal sebagai kepada atas, timbul juga demo Photo Sphere, YouTube, dan animasi 3D bernama Windy Day.

Mereka seakan memberitahuakn bahwa visualisasi 3D Cardboard mampu digunakan buat berbagai keperluan, tidak hanya game.

Sensasi 3D yg dihasilkan membentuk seluruh demo itu seolah tampak sungguh kepada depan mata. Sangat mirip beserta pengaruh yg dihasilkan headset VR Oculus Rift, yg juga pernah dicoba KompasTekno tahun lalu.

Bedanya, Google Cardboard mampu dibuat sendiri oleh peminat, beserta hanya bermodal smartphone Android, kardus, dan sejumlah komponen lain yg harganya agak tidak mahal. Kisaran harga keseluruhan diperkirakan antara 20 dollar AS dan 40 dollar AS (antara Rp 230.000 dan Rp 460.000).

Di Amerika Serikat bahkan sudah timbul beberapa pihak ketiga yg menjual Cardboard utuh beserta banderol lebih kurang 25 dollar AS.

Tertarik mencoba? Silakan pesan atau buat sendiri Google Cardboard sesuai beserta spesifikasi yg ditentukan Google kepada halaman ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Back to Top