Senin, 01 Januari 2018

Himbauan Untuk Semua Elemen Masyarakat, Informasi Untuk Penegak Hukum

Himbauan Untuk Semua Elemen Masyarakat, Informasi Untuk Penegak Hukum

.

Kejahatan nampaknya sudah semakin merajarela dimana-mana di setiap sudut kota di Indonesia. Di kota metropolitan terbesar kedua sehabis Jakarta, Surabaya pula sebagai tempat reprosuksi kejahatan dan pelaku tindak kriminal. Salah satu kejahatan yang semakin berkembang adalah gendam/hipnotis. Berikut ini kami beberkan sedikit fakta tentang seseorang bromocorah pelaku tindak kriminal dengan cara hipnotis yang paling dicari di kota Surabaya dan sekitarnya.

Nama: Hendra Marizal alias Rizal

Suku : Madura

NIK: 3578012604810002

No SIM: 810415143388

NPWP: 80.441.737.6-618.000

- Tinggi: 165cm

- Tempat/Tgl Lahir: Surabaya, 26-04-1981 (36th)

Ciri fisik: - Ada tato di tangan sebelah kiri

- Ada tato di bahu sebelah kanan

- Ada bekas tato di tangan sebelah kanan

- Kuku jempol kaki kanan hancur misalnya dihantam martil, tapi menurut pengakuannya pernah disiksa polisi ketika interogasi dengan cara menindih jempol kakinya dengan kaki meja, dan meja tersebut diduduki seorang anggota polisi bertubuh tambun.

- Kulit hitam.

- Rambut diwarna pirang.

- Mengenakan gelang di tangan kanan, kacamata berkualitas di optik tunggal oakley kw dan topi buat menyamarkan wajahnya

- Salah satu hobbynya adalah memancing. Memancing dalam arti sesungguhnya, bukan hanya memancing masalah.

Kolam pancing yang sering dikunjungi setiap hari Sabtu atau Minggu diantaranya:

1. Kolam pancing Bangkingan
2. Kolam pancing daerah Pacet, Mojokerto
3. Kolam pancing gresik semen                       4. Kolam pancing pondok maritim. Di tempat ini ia pula pernah memperdaya korban.

Biasanya ia berangkat di pagi hari dan kembali sore hari sekitar pukul 17:00. 

Di ketika memancing inilah ia pula berpikir keras mengenai langkah-langkah apa yang akan diambil selanjutnya, baik agenda hipnotis dan agenda pelarian. Jadi seharusnya tempat-tempat inilah yang sebagai perhatian lebih dari pihak yang berwajib.

Jalur yang sering dilewatinya waktu masih tinggal di Griya Kebraon diantaranya:

1. Rumah kontrakannya > Kebraon Indah Permai > Pondok Maritim > Asrama Dentrem 2 TNI AD > ke arah Wiyung.

2. Rumah kontrakannya > Pondok Maritim (melewati pom bensin) > ke arah Wiyung

3. Rumah kontrakannya > Melewati pom bensin pondok Maritim > Perempatan Balas Klumprik (ada Indomaret di sebelah kiri jalan) > ke arah Wiyung.

Disinyalir ia masih melewati jalur-jalur tersebut sekali waktu, diwaktu-waktu tertentu, misalnya pada dini hari dan mengarah ke daerah Kebraon. Hendra biasa keluar dari persembunyiannya antara Pk. 06:00 - Pk. 09:00 dan kembali Pk. 15:00 - Pk. 23:00 (bisa lebih larut) alasannya pada jam-jam tersebut sangat ramai. Sekali lagi jangan lupa! Dia merasa lebih aman di tengah keramaian, alasannya bisa menyamarkan dirinya.

Nama Istri: Nurul Hidayatin

NIK: 3578145610820004

Tempat/Tgl Lahir: Surabaya, 16-10-1982

Anak laki-lakinya bernama M Akbar Mahendra dan anak perempuannya bernama Letycia Aura Mahendra. Foto kedua orang anak ini kami memilikinya dari seorang korban, akan tetapi tampaknya kurang etis andai saja ditampilkan disini.

Tempat tinggal terakhir: Griya Kebraon Utara III, Blok AF/8, rumah kontrakan milik Ibu "K" yang bertempat tinggal di Griya Kebraon Utama Blok DI.

Rek BCA. 6720396686 a/n Hendra Marizal

Pin BBM: D6620684

Salah satu dari 4 ID Line Messenger : HenMa

Nomor - nomor yang diberikan pada calon korban buat melakukan aksinya.

0812-1747-7435

0813-3023-3103

0857-4894-8119

0815-1549-0080

0858-9560-2500

0812-8753-5619 (masih aktif, disaat-ketika tertentu)

Riwayat Keluarga

Menurut fakta dari tetangganya dan seorang korbannya, bapaknya (W) yang bekerja sebagai satpam di Perum Kebraon Indah Permai dan bertempat tinggal di Kebraon II, Gg. Mundu adalah mantan jaksa (dipecat). Ia dan istrinya pernah dipenjara alasannya kasus judi dan memfasilitasi judi (menggunakan rumahnya sebagai arena judi). Kepada calon korban Hendra selalu mengaku bahwa bapaknya adalah pensiunan jaksa, bukan jaksa pecatan. Ternyata selain bapak dan ibunya, adik Hendra Marizal (Doni) pula pernah ikut berkolaborasi dengan Hendra dalam melakukan tindak kriminal penipuan dan penggelapan (fakta yang diterima adalah kasus sembako). Perlu diketahui bahwa Hendra Marizal adalah bromocorah kasus yang sama.

Modus Operandi Hendra & Komplotannya.

1. Membuat calon korbannya lemah secara mental atau dengan istilah lain menciptakan calon korbannya ketakutan dengan kisah masa lalunya sebagai perampok toko emas di daerah Blauran, Surabaya. Mengaku bahwa dirinya sadis, pernah memotong telinga seorang partikelir yang menganiaya anak buahnya. Padahal sebenarnya ia bukan bos yang punya anak buah.

2. Selalu menunjukkan/membawa celurit dan mandau (senjata khas suku dayak) kepada calon korban. Tujuan utamanya misalnya yang tersebut pada nomor satu, yaitu melemahkan mental calon korbannya.

3. Selalu mengaku kenal dekat dengan pejabat TNI, POLRI, KPK, BIN, Dirjen Bea Cukai, dan instansi pemerintahan yang lain. Tujuan utamanya adalah menegaskan bahwa ia adalah bagian dari mereka dan ia bukan orang sembarangan. Selain mengaku dekat dengan orang-orang krusial, ia pula kerap mengaku bahwa ia adalah anggota aktivis Geranat (Gerakan Anti Narkotika), anggota aktivis Kontras, pengacara, intel dan duta anti kriminal polsek Karangpilang dalam waktu bersamaan.

4. Hidupnya selalu berpindah-pindah, kontrak rumah dari wilayah satu ke wilayah lain, sejauh ini masih di wilayah Jawa Timur. Biasanya dirumah padat penduduk, dan lokasinya nir terlalu jauh dengan komplotannya.

5. Selalu berusaha buat menunjukkan donasi apa saja berdasarkan kebutuhan calon korban (meskipun korban nir memintanya), dari situ ia mulai melakukan aksinya menggunakan gendam/hipnotis. Dari kebutuhan korban akan bantuannya tersebut ia mulai menguras harta korbannya secara sedikit demi sedikit.

6. Selalu meminjam/meminta copy KTP/SIM/identias lain korbannya, indikasinya buat melancarkan aksi kejahatannya. Salah satunya buat registrasi kartu SIM yang dipergunakan dalam berkomunikasi.

7. Selain 6 modus diatas, modus lainnya adalah berakting, bahkan menagis didepan korban andai saja perlu, menceritakan tentang masa lalunya yang kelam, disia-siakan oleh ibunya, ibunya pilih kasih, dsb. Itu semua buat menarik simpati korbannya. Dua metode, yang satu dengan menakuti calon korban, yang kedua dengan menarik simpati calon korban.

8. Ketika ia berperan sebagai pengacara maka ia seolah-olah akan membantu korbannya buat menciptakan draft BAP berdasarkan dengan perkara yang dihadapi korbannya. Disini ia mulai menguras harta korbannya, mulai dari biaya pendaftaran perkara IDR 100.000, kemudian IDR 350.000 buat suap jaksa, hingga suap hakim senilai IDR 1.000.000. Kira-kira lumrah atau nir jumlah nominal buat suap hakim?... Jawabannya anda niscaya bisa melogika sendiri.

Disisi lain buat meyakinkan korban bahwa ia bagian dari peradilan, ia pula berupaya buat mengajak korban menemui rekan paniteranya (bisa di PN Surabaya, PN Bangil, dsb.). Korban nir boleh mengikutinya buat masuk ke ruangan tempat ia jajian dengan rekannya, alasannya sangat nir lumrah "hanya ia yang boleh bertemu dengan sahabat paniteranya yang bernama boy" (kami yakin ini pula nama fiktif) padahal tragedi yang sebenarnya, korban disuruh menunggunya di kantin pengadilan, kemudian ia berjalan ke lantai 2 seolah-olah bertemu dengan rekannya, padahal hanya nongkrong sebentar di lantai 2 sembari menghabiskan sebatang rokok dan kembali menemui korban, seolah-olah sudah bertemu dengan rekannya dan berkata bahwa ketika itu rekannya belum bisa ditemui alasannya sedang sibuk. Sekali lagi... Itu semua dilakukan buat meyakinkan korbannya saja.

9. Selalu menyatakan dirinya adalah "saudara" sehabis calon korban statusnya sebagai korban.

Misalnya:

- "aku sudah anggap kamu saudara sendiri"

- "aku sudah anggap sampean kakak aku sendiri"

- "aku sudah anggap sampean orang tua aku sendiri"

Dari semua keterangan korban bisa ditarik kesimpulan modus utamanya adalah 8 poin diatas, secara spesifik bhineka antara korban yang satu dengan korban yang lain. Apa yang tertulis disini adalah modus operandi yang sama yang dilakukan pada calon korbannya (ketika mencari korban) dan sehabis sebagai korban.

10. Untuk memberi kesan lebih angker dan bahwa dirinya adalah seorang jagoan, ia kerap bercerita dengan berapi-barah, dengan bunyi lantang bahwa ia nir takut dengan polisi dan TNI, ia berkata bahwa anggota polisi dan TNI gampang ia kalahkan (nir lumrah buat seorang bromocorah) bahkan kalau ada anggota polisi atau TNI yang berani menantangnya, ia akan habisi mereka. Selain itu ia pula memberi pernyataan bahwa semua partikelir di tempat kebraon ada dibawah kendalinya, termasuk yang bernama Jefry Ambon, nir ada satu orang premanpun yang berani dengannya, kalau ada yang berani maka ia akan habisi nyawa partikelir itu. Tapi kami yakin itu hanya kelakar supaya terlihat gagah-berani saja, kalau bertemu dengan polisi, anggota tni, maupun partikelir-partikelir di tempat kebraon, mungkin ia akan ciut nyalinya.

Fakta dan Indikasi

Memanfaatkan tetangganya sendiri TG, yang masih duduk di bangku SMP, buat melancarkan aksinya dengan cara memaksa anak tersebut buat menimpali dan mengiyakan setiap perkataan bohongnya kepada calon korban/korbannya. Hingga semua korban menyangka bahwa TG adalah kaki tangan Hendra Marizal dan terlibat dalam semua aksi kejahatannya semasa tinggal di Griya Kebraon Utara Blok AF, Surabaya.

Didalam rumah ia menyimpan mandau, celurit, t-shirt turn back crime warna biru gelap (keluaran pertama POLRI), sepatu dinas TNI/POLRI, pula celana dinas harian polisi, joran pancing warna pink, hanya itu saja yang bisa dipandang dengan kentara keliru satu korban ketika diundang kerumahnya. Pada calon korban ia selalu mengaku lulusan S1 jurusan hukum (sehabis artikel ini release, mungkin ia akan mengaku lulusan dari jurusan lain,  bahkan mungkin akan  mengaku lulusan S2) padahal hanya lulusan SMA. Istrinya lulusan SMK  perawat.

Mengaku banyak kenal dengan pejabat TNI/POLRI/BIN, keliru satunya Kapolsek Karangpilang, ketika ia menyatakan hal itu bulan April 2016 niscaya kapolseknya masih Bp. Eko Widodo. Untuk meyakinkan korbannya, ia umumnya menelpon seseorang (yang bisa dipastikan berakting) sebagai kapolsek/kapolres/danramil, dsb. Selain mencatut nama kapolsek Karangpilang - Surabaya, ia pula membawa-bawa nama Sulton (entah benar ada atau cuma fiktif) anggota satreskrim polsek Karangpilang (berdasarkan dengan perkataannya), bahkan ketika chat via BBM dengan korbannya, entah kenapa tiba-tiba ia mengirim foto seorang jenderal TNI-bintang tiga, bernama Dedi (foto terlampir), padahal percakapan dalam BBM tersebut nir mengungkapkan perkara yang berbau militer sama sekali, semua ini supaya korban yakin bahwa ia bukan orang sembarangan. Bahkan semua photo profile dalam Line messenger yang digunakannya menggunakan foto/atau gambar yang bertema polisi atau militer.

Terindikasi ia nir bekerja seorang diri, melainkan berkomplot. Diperkirakan komplotannya masih beraksi di daerah Kebraon - Surabaya dan sekitarnya. Terindikasi bahwa keliru satu anggota  komplotannya adalah seorang wanita, terdengar kentara ketika ia menggunakan speaker hp ketika berbicara dengan temannya yang berperan sebagai kapolsek, budenya, dsb. Ketika ia menelpon dua orang dalam waktu yang tidak selaras, bunyi pria yang mengaku sebagai kapolsek Karangpilang (Eko Widodo), dan pada waktu yang lain ia menelepon seorang wanita yang di klaim sebagai budenya (bisa jadi ini adalah korban pula). Hal tersebut pula keliru satu cara buat meyakinkan korbannya. Uang hasil penipuan pula dimanfaatkan buat pesta miras dengan komplotannya, baik di rumah Hendra sendiri maupun di rumah keliru seorang komplotannya yang berada di Kebraon  Manis, berdasarkan dengan kicauannya.

Selalu menggunakan atribut TNI/Polri dalam kesehariannya, misalnya topi, jaket, sepatu, stiker TNI di plat nomor kendaraannya, dsb. 

Istrinya turut berperan dan dalam proses penipuan. Saat korban dalam imbas hipnotis dan sedang berada di rumahnya, kiprah si istri adalah meyakinkan setiap apa yang diceritakan suaminya (Hendra) pada korban. Bapak si istri ini adalah seorang purnawirawan TNI yang tinggal dengan kakaknya bernama Denis di jalan Saritama V, Balongsari, Tandes

Hendra kerap mengaku bahwa ia dan sahabat-temannya mengkonsumsi pil koplo. Ini akan sebagai nilai tambah buat pihak kepolisian andai saja bisa mengungkap dan menangkap komplotan gendam/hipnotis ini. Spesialisasinya gendam/hipnotis. Ada unsur penipuan, penggelapan, intimidasi, dan obat-obat terlarang.

Tidak peduli korbannya dari keluarga kaya atau kurang mampu. Aika korbannya dari keluarga kurang mampu, maka ia akan menciptakan korban tersebut berhutang.

Setelah ia kabur dari Griya Kebraon Utara III, blok AF/8, Surabaya, ada kiriman kulkas baru pada malam harinya. Siapa penerimanya? Apakah keliru satu tetangga di Griya Kebraon Utara III diberi kuasa buat menerimanya? Atau dibawa kembali oleh kurir?

Kejanggalan Yang Ditemukan.

- Aika ada masalah gangguan keamanan/konflik antar tetangga di wilayah tempat tinggalnya, ia mengaku akan melakukan tindakan awal terhadap korban, yaitu menciptakan BAP, padahal ia bukan polisi. Korban diwawancara di rumahnya, bukan di tempat kerja polisi.

- Aika ada korban luka/memar ia menyarankan supaya segera visum ke rumah sakit atas namanya, sangat nir lumrah buat prosedur/proses visum et revertum hanya dengan menggunakan namanya saja.

- Mengaku bisa menciduk orang dan memberinya pelajaran dengan memenjarakannya selama satu minggu (minimal wajib 7 hari atau sama dengan 1 minggu) di polsek Karangpilang - Surabaya dengan biaya perhari IDR 100.000 (buat uang makan tahanan dan polisi yang menjaga tahanan). Padahal andai saja polisi memenjarakan seseorang tanpa alasan yang kentara selama 1x24 jam, maka institusi penegak hukum tersebut bisa dituntut. Ditambah lagi ada minimal lama penahanan, sudah macam beli baju grosiran saja yang ada jumlah minimal pembeliannya.

- Selalu mengumbar cerita angker pada korban bahwa ia bisa santet, padahal cuma bisa melakukan gendam/hipnotis. Dia mengaku punya acil yang super sakti. Acilnya (sebutan buat paman bagi orang dayak) bisa terbang dari Kalimantan ke Jakarta dalam waktu 1 jam dari pertapaannya di puncak gunung buat pergi kondangan. Padahal Nabi Muhammad butuh waktu lebih dari tiga hari buat melakukan Isra'Miraj dan beliau menggunakan donasi Buraq, bukan terbang misalnya Superman. Mengaku andai saja mandau terlepas dari sarungnya, berarti wajib ada darah yang tumpah, tapi ketika keliru seorang korban mengeluarkan mandau dari sarungnya, nir terjadi apa-apa dengannya bahkan mandau tersebut masih kinclong (mungkin sehabis baca artikel ini mandaunya didesain berkarat seolah-olah sudah dipergunakan buat membacok orang atau menyembelih ayam).

Skenario, Investigasi dan Sinkronisasi Keterangan Korban

Diantara semua kasus ada yang unik, yaitu dengan skenario adu domba korbannya (jikalau terjadi cross check antara korban yang satu dengan yang lain). Korban SHD dan U diyakinkan Hendra dengan menelpon korban LW (speaker phone aktif), arah pembicaraanpun sebenarnya nir dipahami oleh LW sehingga ia hanya mengiyakan saja setiap perkataan Hendra sehingga korban SHD dan U percaya dengan Hendra.

- Mengaku kenal dengan orang bea cukai kepada korban LW, dan bisa membantu mengurus/mempermudah proses penerimaan barang kiriman dalam jumlah besar tanpa wajib melalui prosedur cukai. Lalu meminta korban buat melakukan pembayaran sebesar IDR 50.000.000 sebagai uang pelicin supaya paket cepat keluar dari bea cukai Batam. Padahal paket tersebut legal dan dokumennya lengkap, kemudian buat apa uang pelicin?...

Dia pula menunjukkan nomor korelasi 2 orang bea cukai yang ucapnya adalah kenalannya, sebagai berikut:

0812-4980-7747 a/n Pak Didik - Bea Cukai, sehabis ditelusuri dari korban yang lain (SZ) ternyata nomor atas nama Pak Didik ini adalah nomornya sendiri.

0815-4654-2044 dan 0857-768-6213 a/n Pak Darmaji - Bea Cukai

- Menurut pengakuan korban, LW (49) yang bertempat tinggal di Griya Kebraon Blok AL, tukang hipnotis ini pula meminta uang yang totalnya mencapai IDR 30.000.000 buat keperluan transport Jakarta-Batam-Jakarta sekaligus buat biaya pengurusan sertifikat "bersih" dari paket yang bersifat teror yang dikeluarkan oleh BIN (Badan Intelejen Negara). Padahal semua barang yang akan keluar/masuk Indonesia gerbangnya adalah custom bandara/pelabuhan meskipun ada indikasi yang bersifat teror sekalipun. Segawat itukan hingga BIN ikut campur urusan paket?

- Selain menguras harta korbannya, tukang hipnotis ini pula terindikasi melakukan penggelapan. Diindikasikan mengambil alih tunggangan beroda empat korbannya, dengan dalih membantu mengurus surat-surat tunggangan. Sangat dimungkinkan andai saja kemudian kepemilikan tunggangan beroda empat baru itu diatas namakan dirinya. Dalam kasus ini LW masih sebagai korbannya. Selain uang IDR. 15.000.000 yang ucapnya buat mengurus BPKB, LW pun wajib rela kehilangan Honda Mobilio dengan plat nomor L 1772 JI (diduga ini adalah plat nomor palsu, alasannya surat kepemilikan tunggangan beroda empat masih dalam proses) warna putih anugerah dari pembelian 1 unit smartphone samsung grand prime.

- SZ (48) pemilik rental tunggangan beroda empat di daerah Kemlaten Baru pula pernah mengalami hal serupa dengan korban lain, modusnya sama, hal penipuan dan penggelapan (buat kali ini barang elektronik), dimana Hendra Marizal ini menunjukkan jasanya buat pengurusan lelang barang elektronik, akan tetapi seiring waktu berjalan 2 - 3 bulan barang nir kunjung tiba, sedangkan SZ telah menunjukkan uang sebesar IDR 8.500.000. Merasa ada kejanggalan, kemudian korban mendatangi rumah kontrakan Hendra dengan saudaranya yang notabene adalah seorang polisi. Hasilnya? ... Uang dikembalikan, dan ketika didatangi korban, Hendra hanya bisa bersembunyi dalam kamar mandi. Lalu celurit dan mandaunya kenapa nir dipergunakan buat melawan korban kalau ia memang jagoan?...

- Ada kejanggalan dari mak pemilik kontrakan yang ditempati Hendra Marizal ketika keliru seorang korban menanyakan copy KTP Hendra buat mencatat NIK yang tertera (bukan memintanya). Pemilik kontrakan menyatakan bahwa copy ciri-ciri Hendra nir ada/nir memilikinya. Padahal buat kost saja penyewa kamar wajib menunjukkan copy KTP pada pemilik rumah. Lalu ketika ditanya nomor telepon Hendra ia berkata sudah nir tersimpan/menyimpan, menurut kami itu sangat aneh. Sehingga banyak spekulasi yang bermunculan dari korban tentang pemilik rumah ini. Bahkan sudah dijelaskan, andai saja seseorang terbukti melindungi pelaku tindak kriminal, maka orang tersebut bisa dijadikan tersangka.

Jumlah korban disinyalir bisa lebih dari 10 orang. Jumlah kerugian tiap korban bhineka, mulai IDR 2.000.000 hingga IDR 300.000.000.

- Bahkan sahabat sekolahnya semasa SMA diperdayanya pula di Taman Bungkul, Surabaya dengan total kerugian sebesar IDR 2.000.000.

Daerah-daerah yang perlu diwaspadai sebagai tempat pelarian Hendra Marizal diantaranya:

Gresik, Menganti-Gresik, Sidorajo, Sukodono-Sidoarjo, Mojokerto, Trawas-Mojokerto, Bangil, Pasuruan, Jombang, Lawang, Purwodadi, Malang. Atau tarik saja garis lintasan dari Surabaya hingga Malang, di kabupaten dan desa-desa kecil yang ada dalam lintasan itulah kemungkinan besar ia akan bersembunyi. Pilihannya sebagai tempat pelarian semakin mengarah ke barat yang memiliki potensi calon korban yang sangat banyak. Pertanyaannya, apakah ia bisa beranjak jauh dari komplotannya di daerah Kebraon dan sekitarnya?

Suka menghabiskan waktu di mall-mall dan program-program karnaval yang ada di Surabaya dengan dengan anak-istrinya. Dia beropini bahwa dalam keramaian ia aman.

Informasi Lain Yang Belum Terkonfirmasi

Tentang keberadaan pengajar gendamnya yang bertempat tinggal di desa pesapen, sumur welut. Seorang wanita, ahli lintrik. Apa itu lintrik? Silahkan anda cari informasinya dengan google.

Di wilayah militer Kodam V Brawijaya pula mulai sebagai sasaran tindak kejahatan hipnotis. Pelakunya pula bernama Hendra, mengaku sebagai anggota raider batalyon setempat, melakukan aksi berdua dengan temannya dengan mengendarai motor. Sejauh ini belum diketahui niscaya apakah ini adalah Hendra yang sama. Penjual soto dan penjual lontong kupang sudah sebagai korbannya dengan kerugian IDR 600.000, kami yakin masih banyak korban lain di wilayah militer Kodam V Brawijaya selain dua penjual makanan tadi.

Apakah akun facebook di atas adalah akun Hendra Marizal yang dicari banyak orang? apakah yang berkomentar pada kolom komentar adalah keliru satu korbannya pula?

Saat ini di kota Surabaya tingkat kejahatan dengan gendam/hipnotis sudah dalam tingkat yang menghawatirkan, tapi seolah nir tersengar gaungnya, alasannya masih banyak korban yang enggan melapor ke polisi dengan aneka macam macam alasan. Kejahatan macam ini semakin berkembang alasannya gampang buat melumpuhkan mangsanya tanpa menyentuhnya sedikitpun, penghasilan mereka dari gendam pula luar biasa, hingga ratusan juta, bahkan milyaran, selain itu pelaku pula bisa mendapatkan motor dan tunggangan beroda empat mewah tanpa wajib mengeluarkan energi dan resiko perlawanan korban misalnya rampok dan begal.

Bagaimana dengan pihak kepolisian, TNI dan bea cukai yang telah dibawa-bawa namanya?...

Menurut kami ini sudah sangat merugikan institusi-institusi tersebut dan sangat keterlaluan. Seolah-olah petingginya ikut bermain dalam komplotan hipnotis Hendra Marizal sebagai backing tindak kriminal yang dilakukannya.

Mohon sebarkan artikel ini supaya pelaku segera tertangkap, korban dan polisi bisa terbantu dengan sekelumit fakta ini. Waspada bagi perangkat kampung (RT/RW), termasuk pemilik rumah kos/kontrakan/apartemen sewaan andai saja ada orang yang akan mengontrak rumah di daerahnya. Pastikan buat selalu meminta copy identasnya dan pribadi laporkan kepada perangkat kampung.

Semua dihimpun berdasar keterangan korban. Aika ada yang sebagai korban, segeralah lapor polisi tentang kasus yang dialami.

1 komentar:

Back to Top